Manusia sebagai makhluk sosial
A. Hakikat manusia sebagai
makhluk sosial
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena
manusia tidak mampu hidup sendiri, manusia saling membutuhkan satu sama lain.
Oleh karena itu manusia butuh orang lain untuk dapat saling berinteraksi. Aristoteles mengatakan Manusia
itu Zoon Politicon yang artinya satu individu dengan individu
lainnya saling membutuhkan satu sama lain sehingga keterkaitan yang tak bisa
dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedang menurut Freud, super-ego pribadi
manusia sudah mulai dibentuk ketika ia berumur 5-6 tahun dan
perkembangan super-ego tersebut berlangsung terus menerus selama ia hidup. Super-ego yang
terdiri dari atas hati nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi itu tidak
mungkin terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia
lainnya, sehingga sudah jelas bahwa tanpa pergaulan sosial itu manusia itu
tidak dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya.
Kita bisa bayangkan
bagaimana jika kita hidup seorang diri, menutup diri terhadap orang lain,
melakukan segala sesuatu seorang diri, dan tidak berinteraksi dengan orang
lain, tentu tidak menyenangkan bukan.
Sebagai makhluk sosial
tentu manusia membutuhkan wadah atau tempat untuk saling berinteraksi. Keluarga
dan masyarakat merupakan salah satu wadah bagi manusia untuk berinteraksi.
Keluarga merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Kumpulan keluarga ini akan
membentuk sebuah masyarakat.
B. Alasan manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial
Berikut merupakan
alasan kenapa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial :
a.
Manusia tunduk pada aturan dan norma sosial.
b.
Perilaku manusia
mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c.
Manusia memiliki kebutuhan
untuk berinteraksi dengan orang lain.
d.
Potensi manusia akan
berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
e.
mahluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan
diri dari pengaruh manusia lain.
f.
Manusia merupakan makhluk
yang suka bergaul.
g.
Manusia suka bekerja sama.
h.
Manusia selalu hidup
berkelompok.
i.
Memiliki kepedulian
terhadap orang lain.
C. Peranan manusia sebagai
makhluk sosial
Peran manusia terhadap
lingkungan
Manusia mempunyai
pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem serta habitat manusia itu
sendiri, tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kebijakan tentang
hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu
sendiri.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia memiliki tugas untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia itu sendiri dimasa yang akan datang.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia memiliki tugas untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia itu sendiri dimasa yang akan datang.
Secara
alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai pelaku dan
sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap
lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya
sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu memelihara
lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan.
Peran manusia terhadap sesama
Dalam interaksi yang
terjadi, terkadang terjadi perselisihan antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan persepsi yang dimiliki
oleh kedua belah pihak. Permasalahan yang terjadi dalam kegiatan interaksi
sudah menjadi hal yang lumrah. Adanya perbedaan persepsi, perbedaan cara
pandang, perbedaan pemikiran dan perbedaan sifat dapat menyebabkan perselisihan
dan permasalahan terjadi. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk mampu menghadapi
dan mengatasi permasalahan perselisihan tersebut.
Sifat
toleransi tentu perlu dimiliki oleh setiap manusia. Dengan sifat toleransi ini manusia
dapat menerima pendapat orang lain meskipun pendapat orang lain tersebut
berbeda dengan pendapatnya,sehingga perselisihan dapat dihindari.
Sebagai
makhluk sosial yang beradab dan bermoral manusia diharapkan mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi antar sesama makhluk sosial.
Peran manusia terhadap diri sendiri
Pada dasarnya masalah terbesar
yang dihadapi manusia sepanjang masa adalah masalah tentang dirinya sendiri.
Dimensi
yang memperhatikan fungsi dan peran manusia dalam kehidupan masyarakat antara lain:
1.
Kepribadian sebagai manusia, yaitu kemampuan untuk
menjaga integritas, termasuk sikap dan tingkah laku, etika dan moralitas sesuai
dengan pandangan masyarakat.
2.
Kepribadian sebagai manusia yang menyangkut apa yang
dihasilkan oleh manusia, dalam hal jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang
lebih baik.
3.
Kreativitas yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir
dan berbuat kreatif, menciptakan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan
masyarakat.
Dalam kehidupan
bermasyarakat, berkaitan dengan kualitas individu sebagai manusia beragama dan
bermasyarakat, hal itu juga membutuhkan kualitas yang lain, yaitu:
1.
Spiritual, menyangkut hubungannya dengan Tuhan yang
penting dan diperlukan dengan mengejar ketenangan bathin dan ketenteraman jiwa
serta kebahagiaan.
2.
Bermasyarakat dan berbangsa, menyangkut keserasian
hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan lingkungan sosial.
3.
Kesadaran lingkungan hidup, menyangkut keserasian dan
hubungan saling mendukung antar manusia dan alam sekitarnya ( Muhammad Tholhah
Hasan, 2003 : 61 )
D.
Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari
suatu masyarakat, atau karena terjadinya perubahan dari faktor lingkungan,
dikarenakan berubahnya sistem komposisi penduduk, keadaan geografis, serta
berubahnya sistem hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga
kemasyarakatannya. Perubahan ini menyangkut pada seluruh segmen yang terjadi di
masyarakat pada waktu tertentu. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan
merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan
sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat.
Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami
perubahan sosial.
Berdasarkan besar kecilnya pengaruh yang
terjadi pada masyarakat, perubahan sosial dibagi menjadi 2, yakni perubahan
sosial yang besar dan perubahan sosial yang kecil. Perubahan sosial yang besar
pada umumnya adalah perubahan yang akan membawa pengaruh yang besar pada
masyarakat. Misalnya, terjadinya proses industrialisasi pada masyarakat yang
masih agraris. Di sini lembaga-lembaga kemasyarakatan akan terkena pengaruhnya,
yakni hubungan kerja, sistem pemilikan tanah, klasifikasi masyarakat, dan
lainnya. Sedangkan perubahan sosial yang kecil adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa akibat yang
langsung pada masyarakat. Misalnya, perubahan bentuk potongan rambut pada
seseorang, tidak akan membawa pengaruh yang langsung pada masyarakat secara
keseluruhan. Hal ini dikarenakan tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Arah Timbulnya Faktor
Perubahan Sosial
Perubahan sosial budaya
adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu
masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi
sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan
perubahan.
Dalam kehidupan nyata,
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat, pasti akan terjadi. Setiap
segmen masyarakat hendaknya fleksibel terhadap perubahan yang akan terjadi baik
cepat maupun lambat. Dengan keunggulan seperti itu, masyarakat akan mengurangi
tingkat pengaruh negatif dari perubahan ini. Arah timbulnya pengaruh pun dapat
berasal dari dalam maupun luar. Berikut adalah penjelasan faktor-faktor
perubahan sosial berdasarkan arah timbulnya pengaruh.
a. Internal Factor
Internal
factor (faktor dalam) adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam masyarakat itu yang menyebabkan timbulnya perubahan pada
masyarakat itu sendiri baik secara individu, kelompok ataupun organisasi.
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab
intern).
1)
Dinamika
penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk
yang sangat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat,
khususnya dalam lembaga kemasyarakatannya. Salah satu contohnya disini adalah
orang akan mengenal hak milik atas tanah, mengenal system bagi hasil, dan yang
lainnya, dimana sebelumnya tidak pernah mengenal. Sedangkan berkurangnya jumlah
penduduk akan berakibat terjadinya kekosongan baik dalam pembagian kerja,
maupun stratifikasi social, hal tersebut akan mempengaruhi lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang ada.
2)
Adanya
penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang
bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru
yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention). Suatu proses social dan
kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama disebut dengan inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru,
jalannya unsur kebudayaanbaru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan
cara-cara unsure kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai
dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan baru sebagai akibat terjadinya
perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian discovery dan invention. Discovery adalah
penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat ataupun yang berupa
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para
individu. Discovery sendiri akan berubah menjadi invention, jika masyarakat
sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru tersebut.
3)
Munculnya
berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam
masyarakat. Pertentangan ini bisa terjadi antara individu dengan kelompok atau
antara kelompok dengan kelompok. Mmisalnya saja pertentangan antara generasi
muda dengan generasi tua. Generasi muda pada umumnya lebih senang menerima
unsur-unsur kebudayaan asing, dan sebaliknya generasi tua tidak menyenangi hal
tersebut. Keadaan seperti ini pasti akan mengakibatkan perubahan dalam
masyarakat.
4)
Terjadinya
pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar. Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akanm
membawa akibat berubahnya segala tata cara yang berflaku pada lembaga-lembaga
kemasyarakatannya. Biasanya hal ini diakibatkan karena adanya kebijaksanaan
atau ide-ide yang berbeda. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu
menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator
proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan
perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam
keluarga.
b. External
Factor
Selain internal factor,
pada masyarakat juga dikenal external factor. External factor atau faktor
luar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang menyebabkan
timbulnya perubahan pada masyarakat. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial
yang bersumber dari luar masyarakat (sebab ekstern).
1)
Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu
daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat
tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri
dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan
besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2)
Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat
menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan
ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah. Misalnya, terjadinya perang
antarsuku ataupun negara akan berakibat munculnya perubahan-perubahan, pada
suku atau negara yang kalah. Pada umunya mereka yang menang akan memaksakan
kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyarakatnya, atau kebudayaan
yang dimilikinya kepada suku atau negara yang mengalami kekalahan. Contohnya,
jepang yang kalah perang dalam Perang Dunia II, masyarakatnya mengalami
perubahan-perubahan yang sangat berarti.
3)
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang
berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat
diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect.
Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Adanya proses
penerimaan pengaruh kebudayaan asing ini disebut dengan akulturasi. Jika suatu kebudayaan
mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses
imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau
diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut. Pengaruh-pengaruh itu dapat
timbul melalui proses perdagangan dan penyebaran agama.
E. faktor-faktor yang mendorong
manusia untuk hidup bermasyarakat
1.
Adanya dorongan-dorongan atau hasrat-hasrat yang
merupakan unsur-unsur kejiwaan.
2.
Faktor-faktor psikis yang mempengaruhi manusia
dalam bergaul dengan manusia lainnya didalam hidup bermasyarakat.
- Faktor hasrat harga diri dengan hasrat hidup dengan manusia lain.
- Hasrat ingin berkuasa.
- Adanya kenyataan manusia itu adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk lemah. karena itu ia selalu mendesak atau menarik kekutan bersama, yang terdapat dalam perserikatan dengan orang lain
- Karena terjadinya ‘Habit’ pada tiap-tiap diri
manusia. Manusia bermasyarakat karena ia telah
biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari
lingkungannya.
- Adanya kesamaan keturunan, kesamaan teritorial, kesamaan cita-cita, kesamaan nasib, kesamaan kebudayaan.
8.
Adanya
dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan atau
jenisnya.
F.
faktor – faktor yang
menghambat manusia untuk hidup bermasyarakat
1.
Tidak memiliki kesamaan tujuan dan harapan dalam
membangun kehidupan bermasyarakat yang aman, rukun dan damai. Justru saling mengeksploitasi.
2.
Tidak memiliki kekuatan dan pertahanan dalam
menghadapi ancaman dari luar serta tidak adanya kesamaan persepsi dalam
membangun kehidupan bermasyarakat.
3.
Minimnya solidaritas untuk meningkatkan rasa saling
pengertian dan kerja sama untuk memecahkan persoalan sosial budaya.
4.
Minimnya pemahaman anggota masyarakat terhadap nilai
kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
5.
Tidak adanya figur sentral yang kharismatik yang mampu
menyatukan persepsi dan persamaan kata dan perbuatan untuk membangun kehidupan
bermasyarakat.